Minggu, 09 September 2018

Sejarah Misteri PUlau Jawa Di Masa Lampau

Sejarah Indonesia - Tahukah anda jika sebutan untuk pulau Jawa di jaman dulu, adalah satu dari gugusan pulau-pulau di Asia Tenggara yang dimaksud Nusantara, di mana pada saat itu masih tetap diberi nama dengan Sweta Dwipa.

Sejarah Misteri PUlau Jawa Di Masa Lampau
Sejarah Misteri PUlau Jawa Di Masa Lampau
Semua gugusan kepulauan di Asia Selatan serta Tenggara diberi nama anak benua atau gugusan pulau-pulau Jawata. Dulu , anak benua di India dimaksud Jambu Dwipa, sedang semua kepulauan Nusantara dimaksud Sweta Dwipa. 

Karena Jambu Dwipa serta Sweta Dwipa datang dari daerah yang sama, karena itu tidaklah heran jika budayanya banyak yang mirip atau dalam perubahan sama-sama memengaruhi.

Dari perubahan geografis, pada 20 sampai 36 juta tahun lantas, di Asia sisi selatan berlangsung proses bergeraknya anak benua India ke utara, menyebabkan tabrakan dengan lempengan yang diutara, mengakibatkan ada tanah yang muncul keatas , yang sekarang diketahui menjadi gunung Himalaya.

Saat itu dataran Cina masih tetap terendam lautan. Anak benua yang diselatan serta tenggara , yakni Jawata, termasuk juga Sweta Dwipa serta Jawa Dwipa muncul menjadi pulau-pulau mata rantai gunung berapi.

Dalam narasi kuno disebutkan jika orang Jawa itu anak keturunan atau datang dari dewa. Dalam bhs Jawa orang Jawa dimaksud Wong Jawa, dalam bhs ngoko-sehari-hari, berarti : wong itu dari kata wahong Jawa, berarti orang Jawa itu ialah anak keturunannya dewa. Begitupun Tiyang Jawaitu dari Ti Hyang Jawa berarti juga sama, yakni anak keturunan dewa , dalam bhs krama inggil –halus.

Jawata ini berarti dewa, gurunya orang Jawa. 

Menurut pedalangan wayang kulit, keindahan pulau Jawa disaat itu sudah mengundang perhatian dewa dewi dari kahyangan, hingga mereka turun ke marcapada, tanah Jawa serta bangun kerajaan-kerajaan pertama di Jawa Dwipa. Raja Kediri, Jayabaya ialah Dewa Wisnu yang turun dari kahyangannya. Jayabaya sangat popular di Jawa serta Indonesia karena ramalannya yang tepat tentang histori perjalanan negeri ini serta berisi nasihat-nasihat bijak buat mereka yang memegang tampuk pimpinan negara, beberapa priyayi/petinggi negara, tapi juga untuk kawula biasa. Ajarannya tentang tingkah laku yang baik benar sebetulnya juga memiliki kebenaran universal.

Kerajaan Pertama

Jawa Dwipa, menurut salah satunya sumber ialah kerajaan dewa pertama di pulau Jawa , letaknya di gunung Gede, Merak, dengan rajanya Dewo Eso atau Dewowarman yang bergelar Wisnudewo. Ini melambangkan dewa kahyangan, permaisurinya bernama Dewi Pratiwi, nama dari Dewi Bumi. Dia ialah putri dari seseorang begawan Jawa yang populer yakni Begawan Lembu Suro yang tinggi elmunya/pengetahuan spiritualnya , . yang dapat hidup di tujuh dimensi alam (Garbo Pitu) , tinggal di Dieng (letak geografis di Jawa Tengah) .

Dieng dari Adhi Hyang berarti suksma yang prima. 

Perkimpoian Wisnudewo dengan Dewi Pratiwi melambangkan turunnya dewa yang berbentuk suksma untuk tinggal dibumi. Keberadaannya di bumi aman serta dapat berkembang karena di dukung oleh daya kemampuan bumi yang digambarkan menjadi Begawan Lembu Suro.

Kecantikan Pulau Jawa bahkan juga menarik hati Rajanya beberapa dewa yakni Betara Guru untuk membangun kerajaan dibumi. Turunlah dia dari domainnya di Swargaloka serta pilih rumah di gunung Mahendra. ( Sekarang dimaksud Gunung Lawu terdapat diperbatasan Jawa Tengah serta Jawa Timur pada Surakarta serta Madiun) . Betara Guru miliki nama lainnya Sang Hyang Jagat Nata , ratunya Jagat Raya – The king of the Universe serta Sang Hyang Girinata, ratunya gunung-gunung, – the King of Mountains. Di kerajaan Mahendra, Sorga yang agung – The great Heaven , Betara Guru menggunakan nama Ratu Mahadewa.

Karaton kerajaan Mahendra dibuat serupa seperti karatonnya yang di Kahyangan. Piranti-piranti sorga juga dibikin, diantaranya :

Gamelan, seperangkat alat musik untuk hiburan beberapa dewa dengan nikmati alunan suaranya yang merdu serta saat menari/olah beksa. Menari/olah beksa itu bukan sebatas mengayunkan raga ikuti irama musik tapi adalah latihan untuk konsentrasi serta setelah itu kontemplasi untuk kenal jati diri serta menjumpai Sang Pencipta (seperti Yoga dalam makna yang sebetulnya) . Nama gamelan itu ialah Lokananta.
Patung-patung penjaga istana yakni Cingkarabala serta Balaupata , yang ditempatkan dikanan-kiri pintu gerbang istana. Berarti istana dijaga kuat hingga aman.
Pusaka berbentuk keris , cakra, tombak, panah, dan lain-lain dibikin oleh empu populer yakni Empu Ramadhi.

Raja Dewa Lain
Sesudah beberapa dewa dapat tenang tinggal dibumi Jawa , menikah dengan putri pribumi serta miliki anak keturunan,  Betara Guru kembali pada Kahyangan. Beberapa putranya ditunjuk untuk melanjutkan pimpin kerajaan-kerajaan tidak hanya di Jawa juga di Sumatra serta Bali.
Di Sumatra : Sang Hyang Sambo bergelar Sri Maharaja Maldewa, di kerajaan Medang Prawa, di gunung Rajabasa . ( Didekat Ceylon saat ini ada negeri Maldives) .
Di Bali : Sang Hyang Bayu , bergelar Sri Maharaja Bimo, di Gunung Karang , kerajaannya Medang Gora. ( Pulau Bali juga populer menjadi Pulau Dewata) .
Di Jawa : Sang Hyang Brahma bergelar Sri Maharaja Sunda, di gunung Mahera , Anyer, Jawa Barat. Kerajaannya Medang Gili. ( Asal awalnya masyarakat yang tinggal di Jawa sisi barat dimaksud orang Sunda) . Sang Hyang Wisnu bergelar Sri Maharaja Suman , di gunung Gora , Gunung Slamet , Jawa Tengah. Kerajaannya Medang Puro. Sang Hyang Indra, bergelar Sri Maharaja Sakra, di gunung Mahameru, Semeru , Jawa Timur. Kerajaannya Medang Gana.
Karaton dipuncak gunung

Menarik untuk dilihat jika beberapa dewa tetap bangun karaton dipuncak-puncak gunung. Ini memvisualisasikan dewa itu datang dari langit, dari tempat yang tinggi. Tempat tinggi, di atas itu berarti bersih, jauh dari beberapa hal kotor, sikap mesti dijaga masih suci, baik, benar, sopan, buat dewa yang sudah jadi manusia serta tinggal dibumi.

Bumi Samboro

Ini berarti tanah yang menjulang kelangit. Dalam kebatinan Kejawen, misalnya ialah Gunung Dieng, Adhi Hyang, tujuannya agar orang saat masih tetap hidup di dunia sampai puncak pengetahuan spiritual, memperoleh pencerahan jiwani, tinggi elmunya, suci lahir batin. Puncak itu ialah Adhi Hyang atau Bumi Samboro.

Dewo ngejowantah
Dewa yang memperlihatkan diri. Dewa yang berbadan sinar dapat memperlihatkan diri serta disaksikan oleh saudara-saudara kita yang sudah tinggi tingkat kebatinannya, yang telah bontos elmu sebenarnya. , berarti telah lihat kasunyataan – fakta sejati.

Dilihat dari pojok spiritualitas, turunnya dewa ke bumi ialah deskripsi dari merasuknya suksma, spirit, jiwa dalam tubuh manusia serta lantas jadi manusia. Oleh karenanya, manusia termasuk juga manusia Jawa ialah datang dari suksma, spirit, dewa.

Orang Jawa

Orang Jawa ialah sebutan buat orang yang tinggal di Jawa dwipa atau dipulau Jawa pada dahulu kala. Pada sekarang ini yang diberi nama orang Jawa ialah masyarakat yang menempati di pulau Jawa sisi tengah serta timur yang dimaksud suku bangsa Jawa serta anak keturunannya.

Biasanya mereka masih tetap melestarikan budaya, kebiasaan istiadat warisan nenek moyangnya serta bicara bhs Jawa. Umumnya anak keturunan orang Jawa yang tinggal di luar “tanah Jawa” seperti di Jakarta serta daerah ataupun negara lainnya, walau masih tetap melestarikan atau akrab dengan budaya leluhurnya, telah tak akan berkomunikasi dengan bhs Jawa, mereka memakai bhs Indonesia.

Mesti dikasih pujian jika semua suku bangsa yang berbagai macam di Indonesia, menjunjung tinggi perasaan ke- Indonesia-an , menjadi satu rumpun bangsa yang menyatu. Terlahir menjadi bangsa Indonesia telah terpatri di dalam lubuk hati yang terdalam semenjak kelahiran ditanah air terkasih Indonesia, tidak perduli apakah suku bangsanya. Perasaan kepatriotan kesukuan tidak ada, yang ada ialah patriot Indonesia!

Dalam penduduk multikultural Indonesia yang pluralistis, budaya, kebiasaan istiadat berbagai daerah dilestarikan serta di kembangkan untuk disumbangkan pada Indonesia merdeka yang menyatu, bernaung di bawah kibaran bendera pusaka Merah Putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kembalinya Belanda Bersama Dengan Sekutu Tahun 1945 - 1949

Kembalinya Belanda Bersama Dengan Sekutu Tahun 1945 - 1949 Latar belakang terjadinya kemerdekaan  Sejarah Indonesia - Sama dengan ...